Kamis, 14 April 2011

Distro

Awal sekitar tahun 2000an fesyen dimeriahkan oleh munculnya tren kaos “distro”. Tren ini menggeser maraknya tren factory outlet sebelumnya. Para anak muda pun jika tak memakai kaos “distro” gak keren katanya.

Kaos oblong memang sudah banyak diminati. Dari toko pakaian yang kecil hingga skala besar kaos oblong ini pasti diminati. Berbagai tren warna dan desain yang membedakan brand mereka dengan yang lainnya.

Untuk penyuka seni grafis, kaos “distro” layaknya karya seni “berjalan” ketika konsumen memakainya. Desain kaos memang tidak dibuat secara asal karena umumnya setiap produsen memiliki desainer khusus untuk produknya. Mereka slalu mengejar ide-ide baru dan fresh serta mengedepankan originalitas dalam karyanya. Karean tidakan jiplak menjiplak sangat dihindari.

Berawal dari industri “iseng-iseng” yang kemudian diminat banyak orang, produksipun meningkat. Daya tarik kaos “distro”, yang diproduksi secara limited untuk setiap desainnya, disertai desainnya yang apik dan umumnya unik.

Tren ini bermula dari Bandung. Sampe-sampe kota ini dijuluki Paris Van Java. Karena tingginya minat fesyen di kota ini. Distro yang singkatan dari distribution store hanyalah sebuah toko kecil tempat menjual barang-barang (umumnya busana dan aksesoris) titipan. Tak beda dengan dept store, semisal matahari dan ramayana. Distro ini hanya saja dalam skala kecil dan dept store skalanya sudah besar.
Clothing dan distro tak bisa dipisahkan karena di distrolah para pemilik clothing menitip jual barang. Beberapa clothing yang terbilang sudah mapan memiliki distro dengan plang nama brand-nya sendiri, dan menerima titipan produk dari clothing lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar